Saat ini, penderita
stroke cenderung terus meningkat. Penyakit ini perlu diwaspadai karena
terjadi secara mendadak. Karena sifatnya mendadak itulah maka sindroma
ini diistilahkan dengan “STROKE” yang artinya kurang lebih “kejadian
yang tiba-tiba”. Kalau kita tiba-tiba dipromosikan, naik pangkat, dapat
hadiah uang ratusan juta, dan mengalami kejadian tiba-tiba lainnya yang
positif, maka hal tersebut akan membuat kita mengalami rasa bahagia yang
“ruaaaar biasa”. Tapi apa yang kita bayangkan bila kita tibatiba
kehilangan sesuatu yang selama ini kita banggakan dan sangat menentukan
perjalanan hidup kita. Tiba-tiba (secara mendadak) orang yang sangat
kita cintai (istri, suami, anak, orang tua) meninggal dunia. Tiba-tiba
kita kehilangan pekerjaan yang sangat menentukan mati dan hidupnya
keluarga kita. Tiba-tiba seluruh harta kekayaan kita habis ludes
terbakar si jago merah. Tiba-tiba kita menjadi lumpuh tak berdaya.
Tiba-tiba kita mengalami stroke. Apa yang kita lakukan bila kita sendiri
mengalaminya?……
DAMPAK
PSIKOLOGIS / EMOSIONAL DAN SPIRITUAL
Stroke memang tidak
selalu membuat mental penderita merosot. Meskipun demikian padaumumnya
hampir semua orang yang terkena stroke akan mengalami perubahan mental
dan dampak psikologis yang luar biasa. Kita dapat membayangkan bagaimana
seseorang yang terkena stroke tiba-tiba mengalami “kelumpuhan” fungsi
organ-organ tubuhnya yang sangat penting. Penderita stroke tibatiba
mengalami kehilangan kontrol terhadap dirinya
sendiri, mengalami
gangguan daya pikir, konsentrasi, penampilan menjadi sangat menurun dan
mengalami kehilangan banyak hal yang biasanya bisa dilakukan sendiri.
Semua hal tersebut pasti sangat mempengaruhi penderita stroke. Marah,
sedih, menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berdaya, sering kali
menurunkan semangat hidup penderita stroke sehingga muncul dampak
emosional yang lebih berbahaya.
Kondisi seperti ini akan
semakin buruk bila stroke dialami oleh mereka yang sangat mengagungkan
kemampuan dan kehebatan dirinya serta jauh dari penghayatan akan
religiusitas dan spiritualitas.
PENTINGNYA
PENDEKATAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL
Mendekati penderita
stroke dengan memahami aspek emosi dan spiritualitasnya menjadi sangat
penting karena beberapa hal : Stroke bukanlah sekedar terjadinya
kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik
atau motorik tubuh sampaidengan terjadinya penurunan kesadaran, akan
tetapi stroke sekaligus serangan terhadap harga diri, ketekunan dan
kesabaran, daya tahan dalam menghadapi stressor, penyesuaian diri, dsb.
Penderita stroke pada dasarnya “mendadak invalid” yaitu
mendadak/tiba-tiba “kehilangan” banyak hal yang sangat penting dan
dibanggakan. Hal ini akan menyebabkan seseorang teraduk-aduk emosinya,
perasaan dan pikirannya. Ada kecenderungan yang sangat kuat bahwa hampir
semua penderita stroke tidak bisa menerima “kenyataan”. Salah satunya
yang hampir selalu muncul dalam pikiran dan perasaan penderita stroke
adalah pertanyaan “mengapa harus saya yang mengalami?” hingga “mengapa
Tuhan melakukan hal ini pada saya?” Pasien pasca stroke / penderita
stroke biasanya menjadi rendah diri, menjadi mudah sedih, mudah marah,
stres dan depresi maupun kehilangan minat terhadap segala sesuatu, oleh
karena itu mereka sangat membutuhkan orang lain yang dengan ikhlas
memberikan empati, memotivasi, kasih sayang dan perhatian.Spiritualitas
menjadi sangat penting agar penderita stroke mampu menerima kenyataan,
mampu mengambil hikmah, dapat mengisi setiap kesempatan dengan sesuatu
yang bermakna, bersabar dan bertawakal, berpikir positif serta semakin
mencintai AllahSWT.
PENDEKATAN
EMOSIONAL
Pahami bahwa penderita
stroke adalah pribadiyang memiliki sensitifitas emosi dan afeks yang
berbedadengan pribadi yang sehat. Mereka cenderung menjadi sangat peka
terhadap suatu peristiwa dan reaksi orang lain. Peristiwa biasa dan
reaksi orang lain yang wajar saja bisa menimbulkan persepsi negatif dan
melukai emosi/afeksi penderita stroke, apalagi peristiwa dan reaksi yang
negatif. Setiap penderita stroke memiliki latar belakang kehidupan dan
kepribadian yang berbeda-beda. Setiap penderita stroke memiliki
“individual deferences” dan keunikannya masing-masing termasuk reaksi
emosinya terhadap penyakit yang diderita dan masalah-masalah yang
dihadapi. Akan lebih baik bila dalam membantu proses penyembuhan /
pemulihan / peneguhan setiap
penderita stroke,
memperhatikan keunikan masingmasing pribadi sehingga akan diperoleh
model perlakuan dan pendekatan emosional yang tepat. Emphaty harus
selalu melekat dan mewarnai siapapun (dokter, perawat, keluarga dll)
yang akan berhubungan dengan penderita stroke. Emphaty menjadi sangat
penting karena ia akan membantu proses komunikasi, pendampingan,
motivasi dan pemulihan. Emphaty juga akan menghadirkan situasi merasa
diterima dan diperhatikan dalam diri penderita stroke.
PENDEKATAN
SPIRITUAL (PSIKOLOGI)
“Spiritual”, dalam
perspektif SQ (Spiritual Quotient) dan SC (Spiritual Capital) oleh Danah
Zohar dan Ian Marshall didefinisikan sebagai suatu cara kita
menggunakan makna, nilai, tujuan dan motivasi dalam mengambil keputusan
yang dibuat dan dalam
segala sesuatu yang kita
pikir patut dilakukan. Spiritual adalah “kecerdasan hati nurani”.
Menurut Hermawan
Kartajaya (dalam kata pengantar buku “Spiritual Capital” edisi
Indonesia, penerbit
Mizan), spiritualitas menyangkut sesuatu yang universal yaitu values
(nilai), meaning (makna), dan purpose (tujuan) dalam hidup manusia. SC
(Spiritual Capital) menjawab keprihatinan tentang apa arti menjadi
manusia
dan tentang apa makna
serta tujuan puncak dari hidup manusia. SQ (Spiritual Quotient)
berfungsi membantu menjawab pertanyaan “siapa saya”. Memperhatikan
pengertian spiritual dalam perspektif psikologi tersebut maka penderita
stroke akan menjadi terbantu untuk tetap tabah dan tetap memiliki
semangat untuk sembuh serta menjalani kehidupan bila kita dapat membantu
penderita stroke untuk : Menemukan makna / hikmah dan pesan Tuhan
dibalik stroke yang dideritanya. Siapapun yang dapat menemukan hikmah
dari setiap kejadian maka akan menjadi orang-orang yang “KUAT”.
Menemukan dan memiliki
nilai-nilai tertentu yang dapat dihayati dan mencerahkan.
Menemukan tujuan hidup
yang lebih terarah sehingga dengan keterbatasan stroke yang dideritanya
tetap dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan tidak sia-sia.
Memiliki motivasi hidup yang tepat sehingga dapat membantu penderita
stroke untuk menjalani hidup dengan optimis dan tetap bergairah. Semakin
memahami dirinya (siapa saya?) sebagai mahluk ciptaan Allah SWT yang
dengan segala kondisinya (sakit/sehat) akhirnya akan kembali kepada-Nya.
Spiritualitas
keagamaan hanya akan muncul dari religiusitas yang sifatnya intrinsik
(agama yang dihayati dengan penuh kesungguhan dan dari hati yang paling
dalam) bukan dari religiusitas yang ekstrinsik (agama yang hanya sekedar
kulit dan formalitas).
PENDEKATAN
SPIRITUAL (AGAMA)
Spiritualitas dalam
perspektif agama, disamping memiliki beberapa aspek seperti yang
dirumuskan oleh Danah
Zohar dan Ian Marshall, spiritualitas agama lebih mengarah pada
penghayatan dari agama yang diyakini, seberapa bagus kualitas rasa
keagamaan yang dimiliki, seberapa dalam posisi Tuhan didalam hati dan
pikiran, juga seberapa ikhlas dan ihsan seseorang dalam beribadah
kepada-Nya. Spiritualitas keagamaan hanya akan muncul dari religiusitas
yang sifatnya intrinsik (agama yang dihayati dengan penuh kesungguhan
dan dari hati yang paling dalam) bukan dari religiusitas yang
ekstrinsik (agama yang
hanya sekedar kulit dan formalitas). Bawa penderita stroke pada “nikmat
dan bahagianya” beribadah dan berdekat-dekatan dengan Allah SWT, indah
dan bahagianya dapat mengisi keterbatasan hidupnya dengan amal shaleh,
cinta dan kasih sayang, serta masih diberi kesempatan untuk hidup dan
mempersiapkan diri
menuju perjalanan
khusnul khotimah. Ajak mereka untuk menjalani hidup dengan penuh rasa
syukur dengan apa yang ada dan yang masih tersisa.
Berat
ringannya sebuah ujian bukan pada apa yang kita alami,
Tetapi pada
bagaimana sikap kita menghadapinya....
Oleh HM.
Jamaludin Ahmad
|